MOTTO PAPAJI MEDAN

Minggu, 19 Juni 2011

Colibacillosis

Pada saat peralihan musim atau yang biasa disebut musim Pancaroba, sering kali para peternak mengeluhkan bahwa performance ayam yang dipeliharanya baik ayam petelur maupun ayam pedaging tidak sesuai dengan yang diharapkan. Gangguan yang sering terjadi adalah bahwa ayamnya terinfeksi dengan bakteri yang memang secara normal biasa terdapat pada tubuh ayam yaitu bakteri Escherichia coli, tetapi yang telah berubah menjadi  pathogen / ganas.
Kenyataan yang ada bahwa indikasi ternaknya terinfeksi baru diketahui ketika infeksi sudah dalam taraf lanjut dengan ditemukannya air sacculitis dengan cheesy exudat-nya (radang kantung hawa berkeju), pericarditis (radang selaput jantung) dan tidak jarang juga kematian tinggi pada anak ayam yang berumur di bawah satu minggu (omphalitis = radang pusar). Dengan terlambatnya infeksi tersebut diketahui, menjadikan infeksi akibat bakteri ini menjadi sulit untuk di obati dan dikendalikan, yang mana tentu saja akan mengakibatkan kehilangan nilai ekonomis yang cukup nyata.

Apa itu Colibacillosis ?
Collibacillosis adalah Penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh kuman Echerichia coli yang pathogen / ganas baik secara primer maupun secara sekunder. Colibacillosis pertama kali ditemukan pada tahun 1894, setelah itu banyak kejadian-kejadian colibacillosis sehingga memperkaya dan saling melengkapi mengenai penyakit ini baik kejadian di lapangan maupun penelitian di laboratorium.

Sekilas Profil sang Agen Penyakit
Bakteri Escherichia coli, bersifat gram negative, bentuk batang tak berspora, berukuran  2-3 x 0.6 µm, bentuk dan besar bervariasi, beberapa strain dapat bergerak dan mempunyai alat gerak (flagela).
Escherichia coli yang biasa terdapat pada saluran pencernaan (usus) hewan biasanya ada dalam konsentrasi ≤ 106 /gr, dimana dari jumlah tesebut 10 – 15 % merupakan Escherichia coli yang berpotensi menjadi ganas / patogen.
Escherichia coli yang terdapat di usus biasanya tidak sama dengan Escherichia coli yang menginfeksi : kantung hawa / air sacculitis dan selaput jantung / pericarditis. Sedangkan Escherichia coli yang ditransmisikan melalui telur tetas adalah yang bertanggung jawab terhadap kematian tinggi pada anak ayam.
Bakteri ini juga mudah ditemukan pada litter dan debu kandang, debu kandang dapat mengandung bakteri Escherichia coli 105  106 / gr, bakteri tersebut dalam kondisi kering bisa bertahan dalam waktu lama, tetapi dapat berkurang 87 - 97`% dalam waktu satu minggu dengan cara kondisi dalam kandang di buat lebih lembab, misalnya sesering mungkin kandang di spray dengan air yang mengandung desinfektan.

Faktor-faktor Pemicu kejadian di lapangan
Kuman pada umumnya menular secara horizontal, dan secara garis besar dibagi menjadi 2 penyebab utama yaitu :
  •  Dari dalam, yaitu yang berasal dari anak ayam / ayam itu sendiri, seperti kejadian Radang pusar atau Omphalitis, Stress ataupun Dehydrasi akibat perjalanan. Dalam saluran pencernaan ayam ada ≤ 106 /gr, dimana 10 – 15 % adalah berpotensi menjadi pathogen / ganas.
  •  Dari luar, yaitu yang berasal dari kontaminan lingkungan sekitar / area kandang dan atau yang berasal dari bahan sapronak yang tidak bersih misalnya kontaminan berasal dari pakan, air dan udara yang tercemar Escherichia coli  

Perjalanan Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli
Walaupun penyebabnya sama yaitu infeksi bakteri Escherichia coli, tetapi di lapangan banyak dikenal berbagai macam penyakit yang merupakan berbagai bentuk manifestasi akibat terinfeksi bakteri ini, diantaranya adalah :

 1.Kematian Embrio / Omphalitis
Banyak yang menduga bahwa kematian embrio atau omphalitis, merupakan penyakit yang ditransmisikan melalui kontaminasi dari kulit telur tetas yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli (antara 0.5 % - 6% telur tetas normal mengandung bakteri Escherichia coli), dan bisa juga berasal dari radang yolk sac / kuning telur atau oviduct dari induk yang terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli.
Pada saat telur menetas maka bakteri Escherichia coli ini menyebar, tentu saja akan menginfeksi doc lainnya yang satu mesin tetas, dimana pusar / navel doc tersebut memang belum menutup dengan sempurna.
Pada saat periode indukan / brooding kematian doc akan meningkat apabila suhu indukan terlalu dingin dan ayam tidak mau makan.
Pada umumnya kematian ayam akan berkurang setelah ayam berumur ≥ 1 minggu.Bila kita melakukan otopsi dari ayam yang mati akan ditemukan adanya peradangan pada tali pusar atau kantung kuning telur.

 2. Air Sacculitis / Radang Kantung Hawa
Bakteri Escherichia coli juga sering menginfeksi saluran pernapasan ayam, biasanya infeksi ini bervariasi dan berkombinasi dengan virus infectious Bronchitis (IB), virus New Castle Disease (ND) juga dengan Mycoplasma (CRD) yang juga menyebabkan pericarditis dan perihepatitis
  

 3. Colisepticemia/ Koliseptisemia
Kejadian koliseptisemia pada umumnya terjadi secara akut dan  biasanya menyerang ayam dara atau dewasa. Penyakit ini menyerupai fowl typhoid dan fowl cholera, dengan ciri yang khas berupa lesio tipikal yaitu hati berwarna hijau bintik kecil pucat dengan organ limpa yang membesar.

    4.Panophthalmitis
Kejadian panophthalmitis merupakan kasus yang sangat jarang terjadi, dan merupakan proses kelanjutan kasus septicemia. Perubahan yang terjadi biasanya ada pernanahan pada kornea mata bahkan sampai ayam mengalami kebutaan, umumnya kebutaan sebelah mata bila sampai terjadi kedua matanya menjadi buta maka akan terjadi kematian yang disebabkan karena  ayam tidak bisa makan.
   5.Swolen Head Syndrome
Pada kasus swollen head syndrome, bakteri Escherichia coli bertindak sebagai infeksi sekunder. Kejadian kasus ini pada umumnya terjadi pada ayam potong dan biasanya berkolaborasi dengan virus lainnya seperti virus corona atau pnemovirus (penyebab infectious bronchitis).
Pada ayam petelur biasanya kasus swollen head syndrome juga berkolaborasi dengan bakteri penyebab coryza`/ snot.
Radang akut atau subakut di bawah kulit (selulitis) kepala dan sekitar mata, sampai dengan bengkak adalah merupakan tanda yang khas pada kasus penyakit ini.
 

   6. Coli Granuloma / Hjarres Diseases
Kasus coli granuloma merupakan kejadian penyakit koliform yang sangat jarang terjadi, tanda yang dapat diketahui adalah berupa adanya lesi granuloma pada organ tubuh dalam rongga perut seperti pada hati, duodenum (usus halus), caecum (usus buntu) dan mesenteri (penggantung usus) sedangkan Limpa biasanya tidak terkena. Sekilas penyakit coli granuloma ini  menyerupai tumor leukosis, dan kejadian yang ada biasanya sudah kronis sehingga terjadi pernanahan.

        1. Osteomyelitis
Merupakan proses lanjutan dari koliseptisemia, ditandai dengan peradangan pada sendi
Kejadian osteomyelitis ini bisa akut atau kronis, ayam akan menjadi kurus karena tidak mau makan (anorexia) yang akhirnya  mati.

        2.Selulitis 
Merupakan manifestasi infeksi Escherichia coli dalam bentuk penyakit kulit kronis daerah dada dan perut, dimana diantara kulit dan daging terdapat cairan / eksudat cair sampai kental / perkejuan, kondisi ini ada yang menyebutnya sebagai breast blister, yang pada umumnya menyerang pada ayam broiler / ayam pedaging / ayam potong. Sebagai akibat dari hal tersebut para peternak agak sedikit kesulitan menjual ayamnya yang terkena kasus ini
       3. Yolk Peritonotis
Kasus yang merupakan khusus terjadi pada ayam petelur atau parent stock layer maupun broiler, dimana akibat kasus ini adalah adanya kematian akut. Adanya ovum yang lepas dalam rongga perut yang kemudian pecah, sehingga bakteri Escherichia coli yang ada di dalam oviduct karena adanya material kuning telur menjadi berkembang pesat sehingga menyebabkan adanya peradangan pada peritoneum yang dikenal dengan Yolk Peritonitis.
Pengendalian di Lapangan
Pencegahan
  • Usahakan agar anak ayam yang dipelihara berasal dari pembibitan yang bebas dari penyakit pernapasan seperti CRD, IB dan ND.
  • Jika anak ayam sudah terlanjur masuk di kandang, anak ayam yang sudah terinfeksi dengan bakteri Escherichia coli agar diafkir
  • Jalankan selalu prinsip water treatment / pengobatan air secara efektif dan berkesinambungan, untuk menurunkan populasi bakteri dalam air minum.
  • Perhatikan selalu ventilasi, agar ayam selalu mendapat udara yang segar, bersih dan sehat
  • Laksanakan biosecurity secara terpadu, agar kondisi farm sesedikit mungkin mengandung kontaminan khususnya bakteri Escherichia coli.
  • Jaga selalu kekeringan litter kandang agar tidak terlalu kering juga tidak terlalu basah, Untuk itu perlu diperhatikan selalu kepadatan populasi agar kondisi kekeringan litter mudah untuk dikendalikan
  • Spray ruang kandang setiap hari menggunakan campuran air dengan BIODES-100, SEPTOCID atau GLUTAMAS sangat berguna disamping untuk menjaga kelembaban juga mengurangi density bakteri di ruang kandang. 
  • Bila ayam selalu terserang infeksi Escherichia coli yang parah pada usia di atas tiga minggu, tidak ada salahnya lakukan penyuntikan doc pada usia 4 hari pertama dengan antibiotika secara subkutan bisa dengan memakai GENTIPRA atau HIPRASULFA – TS sesuai dengan dosis yang dianjurkan
  • Alternatif vaksinasi inaktif kombinasi O2K1 dan O78K80, dalam pelaksanaannya masih terjadi pro dan kontra akan efektifitas kegunaannya, karena belum ada hasil yang sangat nyata
  • Hal yang paling penting untuk dilakukan agar serangan infeksi bakteri Escherichia coli tidak menjadikan ayam peliharaan menjadi menderita adalah dengan cara menciptakan ayam senyaman mungkin tinggal dalam kandangnya, dengan kata lain jangan sampai ayam mengalami stress, karena stress merupakan pencetus utama ayam terserang infeksi bakteri ini.

Pengobatan 
Kuman E. coli kebanyakan sensitif / peka terhadap beberapa antibiotika seperti kelompok aminoglukosida (NEOXIN), polipeptida (MOXACOL), tetrasiklin, Sulfonamida, trimethoprim (COLIMAS) dan Quinolon (CIPROMAS, ENROMAS).
Apabila  setelah diobati dengan berbagai antimikroba tidak terjadi perubahan kearah penyembuhan, maka perlu dilakukan uji sensitivitas.
Pencegahan dengan menggunakan obat suntik Hiprasulfa – TS dan Gentipra, serta spray kandang dengan desinfektan Biodes-100, Septocid dan Glutamas, maupun pengobatan dengan menggunakan Neoxin, Moxacol, Colimas, Cipromas maupun Enromas, agar diperhatikan benar cara dan dosis pemakaiannya dan dilaksanakan sesuai dengan anjuran dari pembuatnya, agar mendapatkan efek pengobatan yang maksimal.

.